
- Sejarah Desa Blawi
Disetiap negara, kerajaan, provinsi, kabupaten sampai ke Desa, tentunya memiliki sejarah dan latar belakang tersendiri, ini tentunya tidak sama antara Desa yang satu dengan Desa yang lain. Demikian juga dengan keberadaan Desa Blawi mempunyai sejarah tersendiri yang sudah barang tentu berbeda dengan Desa-desa lain.
Sejarah Desa Blawi telah tertulis di prasasti Trowulan I pada masa kerajaan Majapahit saat dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk (tahun 1358 M), dikatakan dalam Kitab Negara Kertagama yang disusun oleh Empu Prapanca anak dari Empu Nadendra yang memegang jabatan Dharmadiaksa ringkasogaton tahun 1365 M (tahun 1287 saka) telah berdiri pusat pengkaderan cantrik mondok di Wonosrama Bhudasywa dipimpin oleh Suro Bastam bertempat di Desa Balwa (8Blawi Karangbinangun), Sura Bastam mempunyai dua anak yang bernama Joko Welas dan Niwilis, pada saat pusaka kerajaan Majapahit yang bernama tombok kigobang hilang maka putra Sura Bastam ini melakukan kesalahan maka dikutuklah anaknya menjadi batu yang bernama Watu blorak yang sekarang masih ada hutan kayu putih didaerah Mojokerto, maka pada tahun tersebut Desa Blawi sudah menjadi wilayah yang ramai.
Dalam dongeng atau cerita-cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi sangat variatif sehingga sulit bila dicari data dan fakta yang tepat, karena tidak sedikit dogeng tersebut dihubungkan dengan mitos dan tempat tertentu yang dianggap keramat. Dalam hal ini desa Blawi juga mempunyai hal-hal tersebut yan merupakan identitas diri dari desa Blawi yan akan penulis gambarkan dalam kisah-kisah di dalam ini
2. Asal usul desa Blawi
Dari berbagai sumber yang ada dalam cerita tentang babat tanah Blawi, desa Blawi ada berbagai cerita berfariatif, dari berbagai sumber cerita tersebut bahwa yang babat tanah Blawi adalah seorang pendekar pengembara, sekitar tahun 1500 an dan tidak jelas siapa nama pengembala tersebut, ada yang mengatakan bernama Mbah Sholeh ada fersi lain bernama Mbah Carang mana yang tepat? Atau mungkin saja Mbah Sholeh dan Mbah Carang itu orangnya satu, Sholeh adalaha namanya sedang Carang adalah gelarnya, mungkin saja demikian setelah itu beliau menetap di suatau telata yang ujung-ujungnya dijadikan desa yang bernama Blawi. Pada saat Majapahit berkuasa desa Blawi sudah menjadi desa yang ramai (bahasa jawa rejo), ini terbukti dengan prasasti kerajaan majapahit, bahwa desa Blasi sudah tertera di dalam parsasti tersebut bernama desa Barang (Pendowolimo)
FOTO MAKAM MBAH BUYUT CARANG
Nama Blawi berasal dari kata Belawa yang bermakna kaya-raya, rejo atau ramai, oleh pendirinya diharapkan Desa ini kelak akan menjadi Desa yang kaya raya, kaya akan ilmunya, pengetahuannya, kaya ekonominya, kaya akan khasanah budayanya, serta suatu Desa yang nantinya menjadi sentral keramaian diwilayahnya.Menurut hikayat bahwa Desa Blawi tidak hanya dihuni oleh manusia, akan tetapi juga hewan-hewan liar, seperti harimau (macan), singa, ular, buaya, kuda dan hewan lainnya. Ini bisa dibuktikan sampai sekarang pada momen-momen tertentu hewan-hewan tersebut masih bisa dijumpai di Desa Blawi.
Peristiwa ini oleh orang Desa dikeramatkan hingga sekarang, yang sekarang disebut dengan sebutan danyang/penunggu. Bahkan ada yang berkeyakinan bahwa danyang Desa Blawi adalah hewan, apabila hewan-hewan tersebut keluar dari makam, harimau (macan) misalnya, maka biasanya di Desa Blawi akan ada suatu peristiwa.
Peristiwa keluarnya hewan ini rupanya sangat diyakini masyarakat setempat dan selalu diwarisi dari generasi ke generasi, karena hewan-hewan akan keluar ditempatnya masing-masing. Misalnya buaya akan keluar diwilayah sungai patok dusun pulokerto, kuda akan keluar disekitar cetingan dusun pupus, ular dan harimau (macan) kelur disekitar makam didusun Blawi.
- Sejarah Pemerintahan Desa Blawi
Pada awal pemerintah Desa Blawi hanya terdiri dari satu dusun yaitu dusun Blawi, dengan perkembangan zaman lama kelamaan Desa Blawi berkembang menjadi 4 dukuhan (Dusun) :
1. Dusun Blawi

Gambar 3
Gapura Dusun Blawi
Dari berbagai sumber yang ada, baik dari prasasti Trowulan satu dan kitab Negara Kertagama memang tidak menceritakan siapa dan tahun berapa Desa Blawi didirikan, dalam cerita rakyat tentang babat tanh Blawi, Desa Blawi ada berbagai cerita yang cukup bervariatif, dari berbagai sumber cerita tersebut dapat disimpulakan bahwa Desa Blawi telah ada sekitar tahun 1300-an M dan tidak jelas siapa pendirinya, akan tetapi sesepuh Desa Blawi adalah Mbah Sholeh/ Mbah carang ada juga yang menyebut Buyut Carang.
Nama Blawi berasal dari kata Balwa atau Belawa yang bermakna kaya-raya, rejo atau ramai, oleh pendirinya diharapkan Desa ini kelak akan menjadi Desa yang kaya raya, kaya akan ilmunya, pengetahuannya, kaya ekonominya, kaya akan khasanah budayanya, serta suatu Desa yang nantinya menjadi sentral keramaian diwilayahnya.
Menurut hikayat bahwa Desa Blawi tidak hanya dihuni oleh manusia, akan tetapi juga hewan-hewan liar, seperti harimau (macan), singa, ular, buaya, kuda dan hewan lainnya. Ini bisa dibuktikan sampai sekarang pada momen-momen tertentu hewan-hewan tersebut masih bias dijumpai di Desa Blawi.
2. Dusun Pupus
Dusun pupus adalah pecahan dari dusun Blawi, dimana pada zaman dulu Desa Blawi terletak disebalah timur sungai Desa Blawi (sekarng menjadi makam umum dan hutan bambu). Karena dirasa kurang enak, maka para penduduk urban (pindah) kesebelah baratnya sungai Blawi yang sekarang menjadi permukiman masyarakat dusun Blawi. Disaat pindahnya tersebut maka tidak semua pindah kebaratnya sungai Desa Blawi, melainkan ada yang pindah ke tegalan yaitu sebelah timurnya Desa Blawi untuk mendekati tegalan (tanah garapan), lalu mereka mendirikan rumah ditegal tegal tersebut, dari tahun ketahun terus berkembang kemudian oleh para pendirinya dinamakan dusun Pupus.
Pupus berasal dari kata Mupus yang artinya tumbuh dan berkembang (mupusnya Desa Blawi), maka pada saat itulah dusun tersebut dinamakan dusun Pupus atau Mupus. Pupus merupakan bagian dari Desa Blawi, maka dari itu Pupus juga mempunyai danyangnya berupa kuda yang misterius.
Kuda tersebut sampai sekarang masih berkeliaran lengkap dengan pelananya, tentu kuda tersebut keluar pada waktu tertentu yang dikehendaki dan kembali lagi pada tempatnya.
Tempat kuda tersebut oleh penduduk setempat dinamakan cetingan, dulu tempat tersebut sangat keramat (jalmo moro jalmo mati) artinya barang siapa yang datang ke tempat itu, maka setelah pulang dari tempat itu diyakini akan cepat meninggal dunia. Namun sekarang cetingan sudah berubah menjadi tambak yang dikelola oleh dusun pupus, lokasi cetingan berada disebelah utara dusun pupus. Dengan demikian oleh orang-orang dulu dipercaya bahwa penunggu/ danyang dusun pupus adalah kuda.
3. Dusun Pulokerto

Purwokerto / Pulokerto dulu merupakan Desa tersendiri seperti haknya DesaDesa lain yang tentunya mempunyai pemerintahan sendiri, mulai dari pemakaman umum dan fasilitas lainnya sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman ternyata Desa ini tidak berkembang karena dihuni oleh 12-14 rumah, akhirnya Desa pulokerto(purwokerto) bergabung dengan Desa Blawi. Letak pulokerto disebelah barat Desa Blawi berbatasan dengan Desa Ketapangtelu.
Nama Pulokerto berasal dari dua kata yaitu pulo dan arto, pulo artinya “daratan” dan arto artiya “uang”. Jadi Pulokerto atau pulo-arto itu artinya “daratan uang”.
Oleh pendirinya Desa tersebut menjadi Desa yang tempatnya harta. Seiring dengan perkembangan zaman maka nama itu mulai terkuak dan menjadi kenyataan setelah kepala Desa Sarila memindahkan pasar Blawi dari Blawi utara ke dusun pulokerto (lokasi sekarang), lebih lebih lagi disitu telah berdiri pertokoan, TPI (Tempat Pelelangan Ikan), Bank Jatim, BKD (Bank perKreditan Desa) dan puskesmas. Dengan demikian tidak salah bila tempat tersebut dinamakan pulo arto, karena di pulau itulah sekarang terjadinya pertukaran roda perekonomian atau ruh perekonomian Desa Blawi dan sekitarnya.
Desa itu dulu berbentuk pulo maka banyak sungai ditempati banyak buaya-buaya untuk istirahat. Entah apa yang terjadi ternyata buaya gaib itu sampai saat ini masih berkeliaran menampakkan diri ditempat tersebut, dan ternyata masih ada orang-orang melihat buaya dusun pulokerto melintas disungai pulokerto atau disebut “kali patok”. Karena munculnya selalu ditempat itu maka orang-orang memberikan nama buaya patok (diikat). Buaya tersebut sengaja dipatok oleh majikannya agar tidak jauh meninggalkan wilayah pulo arto, maka sungai tersebut sampai sekarang dinamakan sungai patok. Sungai patok terletak di dusun pulokerto dan berbatasan dengan wilayah ketapangtelu. Sampai sekarang buaya tersebut sering muncul diwilayah tersebut yakni di sekitar sungai patok.
4. Dusun Pencaran

Gambar 4
Gapura Dusun Pencaran
Dusun pencaran ini dusun yang paling muda di Desa Blawi, dusun ini ada pada saat penjajahan Belanda. Pada saat itu salah satu penduduk dusun Blawi mendirikan sebuah kandang kerbau, lama kelamaan mereka mendirikan rumah disana, lalu diikuti oleh penduduk Blawi yang lain. Pada saat perkembangannya mulai Nampak maka kelompok tersebut membuat dusun sendiri, dengan nama pencaran dan kaplingan tanahnya adalah 15 x 25 M. Setiap KK.
Pencaran berasal dari kata Mencar yang berarti mencarnya Desa Blawi. Dengan demikian dusun pencaran tidak mempunyai fasilitas sendiri, seperti tanah bengkok dll yang berbeda dengan dusun lain (Blawi, Pupus, Pulokerto).
Dari masa berdiri sampai sekarang (baik Blawi lama maupun Blawi baru) Desa Blawi telah beberapa kepemimpinan namun narasumber tidak dapat menyebutkan sejak awal berdirinya Desa Blawi karena nama tersebut selalu ganti, dulu pernah bernama bekel, Demang, Petinggi dan sekarang kepala Desa.